Merindukan Senyumanku
Buat
seseorang yang selalu aku rindukan senyumannya
Entah berawal dari hal yang seperti apa, aku
bisa mengenalmu bisa tertawa dan menangis bersamamu bisa mengukir asa sampai
sekarang ini. Yang ku tahu sekarang sudah beda situasinya, entah bermula dari
apa seperti kita tidak pernah mengenal sebelumnya.
Aku tak pernah menyesali apa yang sudah
terjadi, hanya saja aku menyayangkan sikapku dulu yang terlalu menyakiti
perasaan orang lain hingga sampai saat ini ia tak sudi mengenalku lagi.
Orang yang dulu sangat baik bahkan untuk
ukuran teman maupun kepala departemen...
Tolong pahami, haruskah aku selalu
memalingkan muka saat berpapasan muka denganmu, atau bahkan harus menyepatkan
langkah kaki ini agar tidak pernah bertemu orang sudah banyak berjasa dalam hidupku.
Sungguh aku tak ingin seperti itu. Tapi dorongan ini sungguh dahsyat sampai
mata hatiku tertutup mencoba melupakan semua di masa lalu.
Kau yang pernah memanjatkan doa pada ulang
tahun ke 19 ku, aku sungguh tak mengerti perasaanku saat ini, aku seolah masih
mengharap kamu bisa jadi sahabatku. Kau tak tahu batapa senangnya perasaanku
malam ini yang telah memimpikanmu kembali bermain denganku, dibawah hujan. Yah,
semuanya seperti dulu itu aku rasakan, indah ...
tapi aku tersadar bahwa aku harus segera
bangun, semua itu tidak lebih dari hanya sekedar mimpi. Aku pun harus menarik
ulur rasa senangku, karena aku yakin semua mimpiku ini akan menjadi sia-sia.
Bahkan tulisan ini pula akan lebih layak jika berada di tong sampah, dan
terbuang jauh dari hadapan mata.
Aku menulis ini hanya sebagai ucapan maafku
jika memang kita sekarang sudah tidak ada lagi jalan untuk saling mengenal dan
percaya. Tolong maafkan aku seperti aku yang telah memaafkanmu
aku hanya bisa berpesan jadi lah selalu anak
yang kan terus membanggakan orang tuamu! tidak hanya dari kepandaianmu tapi
juga prestasimu, akhlakmu... . Ibumu
akan selalu menunjukan jalan lurus menuju Tuhan yang abadi J
jaga terus iman mu itu seperti kau menjaga
orang yang kau kasihi, dan ampuni setiap mereka yang pernah bersalah dalam
hidupmu.
Dariku yang
kan selalu mendoakan atas kesuksesanmu.
Dari ku, Terima Kasih Untukmu
Semoga, ini jalan terbaik untuk kita. Jalan
yang telah mempertemukan dan memperkenalkan kita untuk saling mengerti dan
memahami. Semua telah digariskan.
Terima kasih, atas kejujuranmu melalui surat
dalam tulisan ini. Aku takkan pernah tahu dan mengerti jikalau suatu perasaan yang tengah kau rasakan kini tak pernah tertulis seperti ini.
Seperti awal, aku selalu menegaskan kepadamu
dan yang lainnya. Aku tidak pernah menginginkan perasaaan ini tumbuh menjadi
sesuatu yang lebih. Biarkan perkenalan aku, kamu dan yang lainnya hanya menjadi
sebuah persahabatan kekeluragaan saja. Itu yang selalu aku tegaskan dan
tekankan.
Maafkan aku, bila selama ini mungkin telah
memberikan sebuah arti kehidupan yang lebih, sehingga seolah-olah aku dan kamu
sendiri tidak dapat memaknai apa artinya itu. Tapi, sekali lagi semuanya itu
hanyalah kesalahan dalam penafsiran semata. Biarkan aku tumbuh menjadi
sahabatmu. Aku selalu siap apa saja, kapan saja, dan dimana saja ketika kamu
membutuhkanku. Aku akan membantumu.
Aku tahu, apa yang tengah kamu rasakan begitu
berat hingga kau selalu berusaha menghindariku. Tak apalah, jika itu bisa
membuatmu lebih baik dari sekarang. Jika hanyalah senyumanku yang kau rindukan,
tak perlulah kau berlari menjauh dariku. Tetaplah terus bersahabat denganku, dan
kau akan melihat terus senyumanku itu. Tapi hanya sekedar sahabat.
Semoga, disuatu saat nanti, kau akan menemukan seseorang yang lebih baik lagi. Seseorang yang akan dapat membuatmu tersenyum
bahagia. Seseorang yang senantiasa ada di sampingmu, menemani dalam duka maupun
duka. Tentunya, seseorang yang jauh dapat membuatmu merasakan kembali kerinduan
akan senyumannya.
Maaf dari ku, surat yang telah lama ada pada
diriku namun baru sekarang aku dapat membalasnya.
Terima kasih, dariku Ipung
Yogyakarta, 26 November 2014
Post a Comment for "Merindukan Senyumanku"
Post a Comment
Jangan lupa tinggalkan pesan di kolom komentar.