UN, Oh UN
UN, Oh UN
SEKILAS mendengar kata UN alias Ujian Nasional yang terlintas
jelas dalam benak kita hanyalah tertuju pada kata lulus, tidak lulus, dan
selebihnya mungkin hanya sekadar pelengkap saja. Sehingga wajar bila kemudian
UN diangap oleh sebagian besar orang sebagai salah satu momok yang luar biasa
menakutkan.
Bukan hanya ditakutkan oleh para siswa sebagai peserta
UN, melainkan secara psikologis juga berdampak dan berpengaruh besar kepada
para guru, kepala sekolah, hingga orangtua. Semua larut dalam ketakutan
bayang-bayang UN. Semuanya itu tidak lain karena UN dianggap sebagai sebuah
ketidakadilan yang nyata di dalam dunia pendidikan.
Perjuangan pendidikan yang ditempuh para siswa selama
tiga tahun lamanya, hanya dinilai dalam tempo hitungan beberapa hari saja.
Apabila gugur satu saja, maka gugurlah semuanya. Ketidakadilan terselubung UN
lainnya rupanya tidak berhenti hanya pada masalah lulus atau tidak lulus
semata.
Hadirnya UN yang dirasa begitu eksklusif, ternyata
dianggap telah menciptakan peluang dan ruang diskriminasi tersendiri yang
memunculkan kecemburuan terhadap bidang mata pelajaran lainnya. Hal ini
dikarenakan mata pelajaran lain seperti dianaktirikan dan dianggap tidak
penting yang kemudian pada akhirnya terabaikan nasibnya.
Parahnya lagi, hadirnya UN sejatinya mampu mengikis
mental-mental pendidikan kita menjadi orang penakut, seolah-olah telah
"kalah sebelum perang" dan akhirnya membawa mereka ke arah sikap yang
begitu pragmatis. Hal ini terlihat dari adanya UN yang hanya menilai aspek
kognitifnya saja dan mengabaikan aspek penilaian lainnya, seperti aspek afeksi
dan psikomotorik siswa.
Sehingga yang ada, UN justru bukan berdampak menjadi
indikator dalam meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan yang lebih baik,
yakni sebagai evaluator pendidikan. Akan tetapi, realitanya UN justru berdampak
pada perubahan pola pikir dan paradigma baru di tengah masyarakat. Tidak
sekadar mengubah sikap dan cara pandang hidup kita, akan tetapi juga mengubah
psikis serta mental kita semua yang kemudian banyak di antara kita semua
terpaku menjadi pola-pola pikir baru yang mendewakan angka-angka mati dan
grafik-grafik yang tak berjiwa. Ya apalagi kalau semua itu bukan sandar
kelulusan UN.
Meskipun kecaman demi kecaman dan penolakan UN
dilaksanakan oleh berbagai kalangan, praktisi maupun para ahli pendidikan di
Indonesia. Ternyata seperti pepatah yang mengatakan bahwa biarkanlah anjing
menggonggong dan kabilah tetap berlalu. Pemerintah tidak pudar, tetap konsisten
dan terus akan melaksanakan UN sebagaibagian dari Indikator penilaian sejauh
mana kualitas pendidikan Indonesia.
Bahkan, pemerintah dalam pelaksanaan UN tahun ini
lebih memperketat pengawasan dan pelaksanaan UN untuk menghindari kecurangan
seperti tahun-tahun sebelumnya. Paket soal yang diberikan kepada tiap siswa
tidak tanggung-tanggung, semuanya berbeda dan tidak ada yang sama. Hal ini
dikarenakan pemerintah telah menyiapkan beberapapaket soal untuk siswa
yang berbeda, meskipun dalam satu kelas sekalipun.
Oleh karena itu, siap tidak siap, para siswa harus
siap karena UN pelaksanaannya telah di depan mata dan ujiannya pun dirasakan
akan semakin berat. Maka dari itu, dalam waktu yang tidak lama ini para siswa
jangan buang-buang waktunya untuk sesuatu hal yang tidak penting. Fokuskan
semuanya untuk masa depan.
Meskipun demikian, bukan berarti semua waktu kita
habiskan hanya untuk UN saja, namun alangkah lebih baiknya adalah rileks dan enjoy
saja dengan beraktivitas seperti yang biasa dilakukan juga. Ini justru akan
membantu mengurangi tingkat ke-stress-an menjelang UN. Hal yang lebih tepat
untuk dilakukan adalah dengan mereview catatan-catatan penting, belajar
dari soal-soal tahun-tahun sebelumnya dan jangan lupa berdoa serta mohon restu
kepada kedua orangtua.
Semoga, waktu yang tersisa ini dapat kita manfaatkan
sebaik mungkin. "Orang yang beruntung adalah apabila hari ini lebih baik
dari hari kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini". Tetap
optimistis kalau kita bisa, bisa, dan pasti bisa. Study Hard, never
give up and let’s do the best, and you will get to be the best. May God bless
you. Selamat menempuh ujian nasional tingkat SMA/MA atau sederajat, 14-16
April 2014.
Mahasiswa
Pendidikan Geografi
Fakultas
Ilmu Sosial
Universitas
Negeri Yogyakarta (UNY) (//ade)
Pernah dimuat dalam kolom opini suara mahasiswa di OkeZone, 13 April 2014
Pernah dimuat dalam kolom opini suara mahasiswa di OkeZone, 13 April 2014
2 comments for "UN, Oh UN"
Jangan lupa tinggalkan pesan di kolom komentar.